Karya : Trusae Dalaf Ahmad Yn
Rendra kecilku pagi ini, tidak
seperti biasanya. Anak pertamaku yang paling disiplin hari ini begitu semangat.
Sebelum shubuh jam 03.30 pagi ia bangun dan membasuh muka sebagai rangkaian
wudhu untuk mempersiapkan sholat tahajud. Allohu Akhbar, rekaat demi rekaat ia
jalani hingga ia akhiri dengan do’a bermunajat kepada Alloh sang pengatur
kehidupan. Ya, Alloh berikanlah aku kekuatan iman, ilmu dan jauhkanlah aku, Ya
Alloh dari sikap malas....Amiin. kemudian kedua tangannya menyatu menyapu kulit
wajahnya yang lembut, seraya ia rasakan sejuknya air membasahi kedua jari
telunjukknya.
Wah....udah jam 03.55, dalam
hatinya terbesik ucapan, sudah menjelang subuh, harus segera, nih, katanya
dalam hati. Ia berdiri dan bergegas ke kamar depan, ternyata ayahnya sudah bangun.
Ren...ayo siap-siap, kita jalan aja ke masjidnya. Baik, yah....kata rendra
dengan suara lembut. Maklum ayahnya mengajak lebih awal karena jarak masjid ke
rumah lumayan agak jauh kira-kira 300 m. Berjalanlah ayah dan rendra ke masjid,
sambil berjalan ia berfikir,eem.... setelah subuh saya nanti mau ngaji terus
mandi terus menata buku terus merapikan baju terus bersiap-siap tuk berangkat.
Awas rend depanmu ada lubang, lihat kalau jalan, kata ayahnya dengan nada
keras. Ya, yah....sahut rendra dengan lembut. Tidak terasa ia dan ayahnya
sampai didepan masjid. Ia bergegas masuk dan bersama ayahnya melaksanakan
sholat dua rekaat sebelum sholat shubuh berjamaah. Allohuakhbar...rekat demi
rekaat di laksanakan dengan khusyuk dan salam mengakhiri sholat berjamaah kemudian ia sambung dengan doa, Ya, Alloh
berikanlah aku kekuatan iman, ilmu dan jauhkanlah aku, Ya Alloh dari sikap
malas....Amiin. Setelah itu ia pulang bersama ayahnya dengan penuh semangat,
setelah ini saya mau baca lanjutannya kemarin.
Menit demi menit sepulang dari
jamaah shubuh di masjid ia lakukan rencana yang ia fikirkan dijalan tadi. Dari
ngaji hingga selesai bersiap diri ke sekolah ia laukan dan alhamdulillah
selesai... jam berapa, ya? Ternyata sudah jam 05.45 WIB. Si rendra kecilpun
makan duluan karena hari ini ia mengingnkan sampai disekolah lebih awal dari
biasanya. Alhamdulillah ibu telah menyiapkan sarapan lebih awal, terima kasih
ibu, jasamu tiada terkira, ucapnya didalam hati. Yah, ibu rendra pamit duluan,
sambil mencium kedua tangan orang tuanya ia bergegas menuju garasi dan meuntun
sepedanya hingga pintu depan. Sebelum berjalan ia berucap dalam hati, ya Alloh
hari ini saya ingin datang lebih awal tuk menyiapkan diri belajar IPS diteras
atas sebelum teman yang lain datang. Pukul 06.00 ia berangkat, kira-kira 15
menit perjalanan dari rumah ke sekolah naik sepeda dengan santai.
Kring.....kring....kring ia bunyikan bel sebagai bentuk keceriaanya dan ia
kayuh dengan santai menuju sekolah. Hari ini rame sekali walaupun pagi-pagi
sekali. Wes...wes ia melanggar beberapa tukang sayur yang pagi itu juga sudah
mengayuh sepedanya menuju pasar. Sudah mau sampai nih di sekolah.
Tiba-tiba..... sepedanya jalanya terasa tidak enak. Kok goyang-goyang, ya.....
Ia kemudian turun dan dilihatlah sepedanya. Matanya tertuju kepada ban
belakang. Innalillahi wa innalillahirojiun.......bojor, ucapnya lirih. Dimana
ya tukang bannya? Tanyanya dalam hati. Ia kemudian berjalan kedepan, 10 hingga
40 meter tidak menemukan tukang tambal ban yang bukak, maklum masih pagi. Tanya
orang saja kira-kira yang bukak pagi-pagi seperti ini dimana, ya. Sambil
berjalan ia menoleh kanan kiri tidak ada yang buka, tiba-tiba penglihatannya
tertuju kepada seorang bapak yang ada didepannya.wah, bisa tanya ke bapaknya di
depan...tapi kok bapaknya seram sekali...tubuhnya keker...rambutnya panjang
bertato lagi... hi...serem, takut. Dalam hatinya terngiang-ngiang bapaknya
seram, nanti kalau tanya malah dibentak lagi, terus ajalah... sambil berjalan
menundukkan kepala dengan tergesa-gesa ia menuntun sepedanya. Beberap saat
kemudian dengan perasaan takut sambil jalan rendra terkejut, ada suara
bapak-bapak menyapanya, kenapa, dhik, suara serak tapi lembut menyapanya.
Pak...eee....boooo....jor pak, bannya, sahut rendra dari sapaan bapak kekar
tadi. Hilang seketika rasa takut rendra dan
terdengar lagi suara bapak tadi dengan muka bersahabat... oo....tambal
ban, ya...sana lho dik, sambil menunjukkan jari telunjuknya menuju arah
belakangku...lurus kemudian belok kanan, satu rumah dari jalan raya. O, ya pak...terima
kasih. Kemudian berbaliklah rendra ke belakang dan dituntunlah sepedanya menuju
arah yang ditunjukkan bapak tadi. Tidak begitu jauh sekitar 20 m dari tempat
bapak tadi, sampailah di depan tukang tambal ban. Alhamdulillah, sudah buka.
Assalamu’alaikum..... assalamu’alaikum..... kok, gag ada, ya. Rendra mencari-
cari sambil menoleh ke arah kanan dan kiri. Tiba-tiba muncul seorang bapak yang
tinggi besar menyapa, cari siapa dik. Tukang tambalnya kok gag ada,ya pa?
Oo...coba cari disana lho dik, sambil mengarahkan tangan kanannya. Berjalanlah
rendra, wah bersih sekali halaman rumah ini, dua rumah ia lalui dan ia
mendapatkan bapak si tukang tambal ban sedang menyapu dua rumah termasuk rumah
tetangganya. Astagfirulloh.. salah sangka saya, dikira tidak amanah dengan
tukang tambal bannya ternyata pagi sekali gini sudah membuka tambal bannya dan
membersihkan halaman rumah dan halaman tetangganya,subhanalloh. Pak, mau nambal
ban sepeda bisa, ya? Tanya rendra. O...bisa. saut bapaknya. Bergegaslah
keduanya ke tambal ban dan langsung ditangani sepada rendra. Sambil menunggu
menambal ban rendra membuka buku catatan IPS tuk mempersiapkan pelajaran nanti.
Dilihatlah jam sudah menunjukkan jam 06.40 dilihatlah bapak yang menambal bal
begitu cekatan. Ada yang aneh tidak seperti biasanya yang rendra lihat, bapak
tambal ban tidak bakai tungku dan di bakar atasnya tetapi memakai setlika untuk
memanskan tambalan ban yang bocor. Hasilnya mantap seperti biasanya,
subhanalloh...gumam rendra. Sudah selesai dik... o...ya pak, berapa? tiga ribu
saja dik, sambil tersenyum. Segera rendra bergegas menuju sekolah dengan
mengayuh sepedanya. Sampailah di sekolah walaupun terlambat rendra mengucap
hamdalah sebagai bukti rasa syukur atas nikmat-Nya dipagi ini.