Jumat, 15 Maret 2013

MISTERIOUS PIANIST

By : Putriara Tresa Fitria
 
Di pagi hari yang cerah, aku berjalan-jalan di komplek perumahanku. Oh iya perkenalkan namaku Jessica Olivia Stamford aku bersekolah di London internasional school, aku biasa dipanggil Sica aku anak yatim, ayahku meninggal karena kecelakaan pesawat (kata bundaku sih gitu..) entah kenapa aku pun tidak diberi tahu apa pekerjaan ayahku, bundaku merahasiakannya.ternyata ada SMS dari bundaku. “Sica..kamu dimana, bunda akan pergi sebentar menandatangani proyek baru bunda, sarapannya ada di atas meja makan ya…” tulisan SMS bunda yang tertera. “ah..ditinggal lagi, ditinggal lagi…huuh…” ujar Sica geram. Sica pun segera menuju rumah.

            Di rumah….
Aroma roti keju panggang mengikat indra penciumku dengan pekat. “wah..enak…” gumamku. aku pun langsung memakan sarapan yang telah diabuatkan bundanya.  handphoneku pun berbunyi , yang ternyata telepon dari Fany temanya “halo Fany, tumben nelpon aku” ujarku memulai sapaan duluan, “ya..maaf kalau ganggu, eh Sica aku mau kerumahmu boleh gak” Tanya Fany. “boleh dong…” jawabku “ok aku kerumahmu ya” ujar Fany. “Ting..Tong” bunyi bel rumahku yang berbunyi itu memekakan telingaku “ihhh…dasar” omelku geram “kreek” “hai Fany tumben kesini” tanyaku “lho bukanya tadi aku menelponmu, aku kan dah ijin kamu Sica” Tanya Fany marah “eh..iya aku lupa maaf ya” kataku memintamaaf “eh pintu apa itu….lucu kecil gitoooo…” Tanya Fany “gak tau tuh, mama aku melarang aku untuk membuka atau pun memasuki ruangan itu” jelasku “ayolah Sica.. masuk kesana yuk” ajak Fany dengn penasaran “ehmm….gimana ya… yaudah deh..” jawabku mengalah “kreek…” pintu misterius itu pun terbuka “eh gak ada apa-apa, kok gak boleh dibuka” tanya Fany pelan “entahlah” jawabku.

Selangkah demi selangkah aku berjalan “huuuaaaa….” Teriakku dan Fany bersama.  Tiba-tiba lantai yang aku dan Fany injak roboh begitu saja “slruupp”angin kencang berhembus “terlihat pianist yang sedang memainkan piano, pianis itu sudah terlihat seperti 30 tahun. “ayah…bukankah itu ayah…?” gumamku dalam hati. “Sic, bukankah itu ayahmu” tanya Fany “ya, itu memang ayahku” jawabku “jadi, ayah itu sebenarnya seorang pianist, tetapi mengapa bunda tidak mau memberi tahuku” gumamku dalam hati. “terlihat ayah mengambil sesuatu dari tasnya. “ayah akan mengambil apa ya ?” tanyaku dalam hati. 

            Terlihat ayahku sedang mengambil sebuah pisau. Dan menusukannya keperutnya. “ayah…!!!!” teriakku. “inalillahi…kenapa begitu ?” tanya Fany “ayah..hiks..hiks..” tangisku dalam peluk fany “slurrpp” angin pun berhembus lagi, “aku kembali di tempat semula” aku yang masih menangis di peluk Fany masih merasakan hal yang tak terduga di pikiranku. “Sica…dimana kamu” suara khas dari bunda yang memanggilku. Aku dan Fany pun keluar dari ruangan itu. Bunda yang terbelagak kaget melihatku keluar dengan wajah sembap itu ikut menangis “kenapa bunda tak pernah mengatakan padaku ? aku bukan anak kecil lagi bun.. kenapa bunda membohongiku ?” tanyaku sambil menangis. 

“Sica..bunda tidak ingin kamu sedih..bunda hanya ingin kamu hidup tenang” jelas bunda sambil menangis “bun..aku tahu bunda tidak akan membiarkanku menangis..tetapi aku hanya ingin mengetahui, bagaimana ayah meninggal? Apa pekerjaan ayah?” jelasku “Sica..bunda minta maaf atas semua kesalahan bunda..” tutur bunda meminta maaf. “hiks..hiks” aku pun berlari ke kamarku, ku tutup pintuku rapat-rapat “Sica bunda minta maaf soal ini semua” kata bunda sambil mengetuk pintu kamarku.

 Aku pun membuka pintu kamarku “ya bun.. tak masalah bagiku.. aku hanya ingin bunda tidak berbohong lagi” tuturku “Sica bunda janji tak akan membohongimu lagi, apapun alasanya” ujar bunda berjanji. Aku dan bunda pun berpelukan. Fany yang melihat kejadian itu pun ikut merasakan rasanya kehilangan ayah “Sica bunda ingin kamu tau, sebenarnya ayahmu yang mencoba bunuh diri itu disebabkan oleh nenekmu yang meninggal dulu. Ayah merasa terpukul dengan kepergian nenekmu” jelas bunda “bunda… aku ingin kita menjenguk makam ayah” pintaku “baiklah ayo kita berangkat”

Di makam….
Di pusara ku duduk termenung melihat pusara ayah ku “yah aku ingin ayah tahu. Aku sayang ayah” ujarku pelan. Angin yang berhembus menemaniku menjenguk ayahku. Ku letakan bunga yang tadi kubawa “selamat tinggal ayah” gumamku dalam hati



Tidak ada komentar:

Posting Komentar